Kamis, 24 November 2016

Wifi id Tidak Dapat Terhubung ke Internet?



Bagi kamu yang sering sekali nongkrong di hotspot wifi id, pasti kamu pernah mendapati masalah tidak dapat mengakses halaman login atau tidak dapat tersambung ke internet walaupun laptop kamu sudah terhubung ke access point. Saya sendiri sering sekali mengalami masalah ini, normalnya setelah terhubung ke SSID @wifi.id biasanya secara otomatis akan membuka browser dan menampilkan halaman login wifi id. Tapi kadang setelah terhubung pun halaman login tak juga keluar, bahkan saat saya coba mengaksesnya dengan cara manual pun juga tidak bisa.


Saya pernah mencari solusi masalah ini di internet. Ada yang menyarankan untuk mengatur ulang alamat DNS Server, membersihkan cache browser, ada juga yang sampai mengubah IP secara manual dan menyesuaikannya dengan IP dari router/access point yang digunakan.

Sebenarnya penyebab masalah ini adalah karena laptop kamu belum mendapatkan IP DHCP dari router wifi id. Cara mengeceknya mudah, kamu cukup melihat IP perangkat wireless kamu dengan cara klik kanan pada gambar ikon network di Taskbar kemudian pilih Open Network and Sharing Center. Lalu klik jaringan wifi id yang sedang terhubung dengan laptopmu, kemudian klik Details. 


Atau kamu bisa membuka Command prompt, dan mengetikkan "ipconfig" kemudian tekan Enter.

Kalau IP perangkat wireless kamu bukan berawalan 10.xxx.xxx.xxx berarti laptop kamu masih belum mendapatkan IP DHCP dari router wifi id. Pastikan juga kamu sudah mengeset pengaturan IPv4 kamu menjadi dynamic ("Obtain an IP address automatically") di menu Internet Protocol Version 4.


Ini salah satu contoh ketika laptop saya belum mendapatkan IP DHCP dari router wifi id. IP yang saat ini sedang digunakan wireless saya adalah 169.254.198.90.



Solusi dari masalah ini adalah menunggu. Ya, tunggu saja sampai laptop kamu mendapatkan IP DHCP dari router. IP dari router wifi id biasanya berawalan dengan 10.xxx.xxx.xxx dengan Netmask 255.255.0.0. 

IP tersebut sebenarnya adalah IP privat dari kelas A yang sudah di subnet ulang sesuai dengan kebutuhan jumlah user. Setelah mendapatkan IP yang sesuai, kamu pasti bisa mengakses halaman login dan terhubung ke internet. 



Mungkin butuh waktu yang sedikit lama tapi kamu bisa coba menonaktifkan Wifi kamu dan menyalakannya lagi, lalu sambungkan kembali ke SSID @wifi.id, itu akan membuat laptop kamu meminta kembali IP DHCP ke router wifi.id.

Kalau masih tidak bisa, pastikan kamu tidak sedang menggunakan proxy. Dan kalau halaman login masih tidak muncul secara otomatis, kamu bisa membukanya secara manual dengan mengakses google.com lewat browsermu, kalau kamu belum login sebelumnya, maka halaman login akan muncul sebelum kamu di-redirect ke alamat google.com. Itu saja. Semoga membantu.


Rabu, 23 November 2016

Menonaktifkan Automatic Update Pada Windows 10

Sebagai OS paling banyak digunakan kedua di dunia, Windows 10 memiliki satu kelemahan bagi kamu yang punya kuota internet terbatas, Ya, seperti yang sudah menjadi rahasia umum, fitur Windows Update pada Windows 10 ini tidak bisa dinonaktifkan dengan cara yang wajar. Untuk itu, kali ini saya akan berbagi cara untuk mencegah Windows 10 melakukan update secara otomatis. Setidaknya ada 4 cara yang saya tau untuk melakukannya.


#1 Metered Connection
Yang pertama adalah dengan mengatur jaringan yang kamu gunakan sebagai jaringan yang terbatas (metered connection). Windows tidak akan melakukan update otomatis jika kamu sedang menggunakan jaringan yang terbatas. Cara mengaktifkannya adalah klik ikon network pada taskbar kemudian pilih Network setting. Pastikan dulu kamu sudah terhubung ke jaringan yang akan diatur sebagai jaringan terbatas (metered connection). Lalu pada window setting pilih Advanced Option dan klik "Set as metered connection".

Fitur Metered Connection
Dengan begini, jaringan yang saat ini sedang kamu gunakan akan dikenali sebagai jaringan yang terbatas dan Windows tidak akan menggunakan jaringan ini untuk mendownload update secara otomatis.

Perlu dicatat secara default Windows 10 tidak mengenali jaringan apapun sebagai jaringan terbatas jadi kamu harus mengatur sendiri jaringan mana yang perlu diset sebagai jaringan terbatas.

#2 Defer Upgrade
Cara berikutnya adalah dengan mengaktifkan menu Defer upgrade. Pengaturannya ada pada Setting - Update & Security - Advanced options. Cukup beri centang pada Defer upgrade. Sayangnya cara ini hanya tersedia pada Windows 10 Pro dan Enterprise. Namun kamu tetap akan mendapatkan update yang berkaitan dengan security.


Defer Upgrades option
#3 Mematikan Service Windows Update
Cara lain yang bisa digunakan adalah dengan menonaktifkan layanan Windows Update. Untuk melakukannya kamu perlu menjalankan Run terlebih dahulu, kemudian ketikkan "services.msc" kemudian OK. Pada window Services yang terbuka, scroll kebawah sampai kamu menemukan konfigurasi "Windows Update".

Services Window
Windows Update Properties
Kemudian pada menu Startup type pilih "Disabled", lalu klik Stop dan Apply. Cara ini akan membuat kamu tidak bisa mengakses Windows Store dan mendownload Modern Apps dari Windows Store.

#4 Group Policy
Caya yang terakhir adalah yang menjadi favorit saya dan sedang saya gunakan saat ini, yaitu dengan mengatur automatic update melalui Group Policy. Jalankan Run, dan ketik "gpedit.msc" lalu klik OK.

Pada windows Group Policy, buka direktori Computer Configuration > Administrative Templates > Windows Components > Windows Update. Klik kanan pada Configure Automatic Update lalu klik Edit.

Local Group Policy Window
Window dari konfigurasi automatic update akan muncul, pada window tersebut beri tanda pada Enabled. Kemudian pada menu "Configure automatic updating" pilih salah satu opsi yang sesuai dengan keinginanmu. Saran saya pilih yang nomor 2 (notify for download and notify for install).


Konfigurasi Automatic Updates
Opsi tersebut jika ada update terbaru, windows tidak akan langsung mendownloadnya melainkan akan memberi notifikasi lebih dulu. Kamu bisa mendownloadnya jika sedang berada di jaringan yang menurut kamu cepat.

Minggu, 20 November 2016

Mengupgrade Notebook Dengan SSD


Setelah menunggu cukup lama, akhirnya terkumpul juga dana yang selama dua bulan ini saya cadangkan untuk mengganti harddisk laptop saya. Laptop saya adalah ASUS A46CB keluaran tahun 2013 dengan spesifikasi yang cukup lumayan untuk pengguna rumahan seperti saya. Laptop ini mempunyai harddisk berukuran 500GB (7200 rpm), RAM 4GB DDR3 (Corsair Vengeance), dengan processor Core i3 1,8GHz, Intel HD Graphic 4000 dan NVidia GT 740M.

Secara performa, laptop ini bisa dibilang mumpuni. Disandingkan dengan Windows 10, hanya memerlukan waktu 36 detik untuk booting, membuat saya jadi tidak malas menyalakan laptop. Masalah yang sering saya alami adalah saat sedang meng-copy file laptop ini kadang terasa melambat dan menjadi kurang responsif. Setelah saya periksa ternyata memang harddisk laptop ini kemampuan Read dan Write nya tidak terlalu tinggi, sehingga saat sedang meng-copy file, kapasitas read dan write tersebut banyak dialokasikan untuk mempercepat penyalinan file yang berdampak melambatkan proses yang lain dan membuat laptop menjadi kurang responsif.

Untuk itu saya memutuskan untuk menggunakan SSD. Namun dengan budget yang saya punya, saya tidak mengincar SSD top tier dari merk-merk ternama, selain itu saya juga mencocokkan jenis konektor SSD yang kompatibel dengan laptop ini. Awalnya saya mencoba membuka casing laptop untuk melihat motherboardnya. Ternyata laptop ini dilengkapi dengan slot mSATA yang bisa digunakan untuk SSD, namun sayangnya melihat space yang tersedia SSD yang memungkinkan untuk dipasang di slot tersebut adalah SSD mSATA yang berukuran half height, setengah lebih kecil dari SSD mSATA pada umumnya, dan SSD tersebut jarang sekali dijual di toko. Akhirnya saya memutuskan untuk mencari SSD jenis SATA 3 standar yang sesuai dengan slot harddisk yang tersedia.

Dengan budget tipis, pilihan saya jatuh pada Sandisk Ultra II 240GB. Kecepatan read dan write nya mencapai 550 MB/s dan 500 MB/s. Di salah satu toko langganan saya Sandisk Ultra II mendapat potongan harga sebesar 870 ribu. Langsung saja, SSD ini menjadi incaran saya. Saya berencana untuk membelinya akhir pekan kemarin tapi sayangnya SSD ini sudah ludes (habis terjual) tepat sebelum akhir pekan.

Pilihan lain yang lebih menarik adalah Sandisk Extreme Pro, tipe tersebut sedikit diatas Ultra II dengan kemampuan read dan write sebesar 550 MB/s dan 520 MB/s. Selain lebih cepat, Extreme Pro dikalim memiliki performa yang lebih konsisten dibandingkan Ultra II. Namun selisih harga antara Ultra II dan Extreme Pro untuk kapasitas 240GB masih terlalu ekstrim, selisihnya hampir 600 ribu. Menilik ke pilihan lain, tipe yang sedikit di bawah Ultra II adalah Sandisk SSD Plus. Setelah mendapat potongan harga, harga SSD Plus kapasitas 240GB sekitar 100 ribu lebih murah dari Ultra II dengan kapasitas yang sama. Namun yang mengecewakan adalah kemampuan write speed-nya yang hanya mencapai 440 MB/s.

Sandisk Ultra II - Kingston UV400
Opsi lain yang ada dan sesuai dengan budget saya adalah Kingston UV400. UV400 adalah varian SSD untuk level konsumer atau dengan kata lain varian ini adalah varian paling rendah dari Kingston tapi masih lebih baik dari seri V300. Harga Kingston UV400 kapasitas 240GB adalah sekitar 50 ribu lebih mahal dari Sandisk SSD Plus, namun kemampuan read dan write-lebih mumpuni yaitu 550 MB/s dan 490 MB/s. Dibandingkan SSD Plus yang write speed-nya hanya 440 MB/s. Untuk itu saya putuskan untuk memilih Kingston UV400 dengan kapasitas 240GB. Saya memperoleh harga sebesar 969 ribu yang harga awalnya adalah 1,25 juta yang menurut saya sangat sesuai. Sisa uang yang ada, saya gunakan untuk membeli caddy sebagai pengganti DVD-ROMyang sudah tidak pernah dipakai lagi.

Ini adalah penampakan SSD Kingston UV400 yang saya beli. Saya berpikir untuk menginstall OS utama di SSD ini dan memasangnya di slot SATA utama laptop saya, sehingga harddisk bawaan sebelumnya lah yang saya pasang menggunakan caddy.

Kingston UV400 in Box
Kingston UV400 out Box

Untuk memindah Windows 10 yang terinstall di harddisk lama ke SSD baru bisa menggunakan software bantu seperti AOMEI Backupper namun saya memilih untuk melakukan clean install sekalian untuk mencoba seberapa cepat menginstall Windows 10 di SSD ini sekaligus saya ingin merapikan partisi harddisk lama saya.

Hasil instalasi Windows 10 di SSD ini selesai dalam waktu 12 menit. Saya juga mencoba melakukan benchmark dengan software Crystal Disk Mark, menunjukkan hasil yang kurang lebih sesuai dengan spesifikasi yang disebutkan.

Crystal Disk Mark Test on Kingston UV400
Selain itu, masalah yang saya alami sebelumnya juga tidak terjadi lagi. Saat meng-copy file berukuran besar, laptop masih tetap responsif. Dalam membuka program pun juga menjadi lebih cepat. Adobe Photoshop CC membutuhkan waktu 4 detik untuk membuka projek kosong, sedangkan membuka projek yang berukuran 120 MB membutuhkan waktu 8 detik. Untuk membuka sheet kosong Microsoft Office Word dan Excel hanya membutuhkan waktu kurang dari 2 detik. Sedangkan untuk membuka dokumen yang berukuran 12 MB (150 Halaman) membutuhkan waktu 3 detik. Untuk membuka Microsoft Edge cuma membutuhkan waktu 1 detik.

Kurang lebih itu performa yang saya rasakan dalam membuka program. Karena selain proses yang dilakukan oleh prosesor, seriap proses tentu harus membaca program yang terpasang di harddrive terlebih dahulu, dengan harddrive yang berkecepatan mumpuni, tentu bisa meningkatkan performa laptop anda.

Minggu, 13 November 2016

Mengatasi Taskbar Yang Menghilang di Windows

Beberapa waktu yang lalu, ketika saya asik menyelam di internet tiba-tiba web browser yang saya gunakan menjadi tidak responsif. Waktu itu yang saya lakukan adalah membuka Task Manager dan menutup browser yang saya gunakan dengan paksa (end task). Tetapi masalah tidak selesai disitu, Taskbar windows saya juga menghilang.

Setelah saya dalami, menghilangnya Taskbar tersebut disebabkan karena explorer service ikut tertutup secara paksa bersamaan dengan browser yang sedang saya gunakan. Kala itu, saya hendak mendownload sesuatu dan browser menjadi tidak responsif saat jendela explorer muncul untuk memilih direktori dimana file akan disimpan. Menghilangnya Taskbar ini selain membuat kita tidak bisa mengakses Start Menu, juga menyebabkan Desktop menjadi blank berwarna hitam. Tombol Windows di keyboard pun menjadi tidak berfungsi. Hal ini tentu sangat mengganggu, apalagi bagi pengguna Windows 10, hampir semua kontrol dan fitur-fitur hanya dapat diakses melalui Taskbar dan Start Menu.

Missing Taskbar
Bila anda mengalami hal yang sama, anda tidak perlu khawatir. Yang anda perlu lakukan adalah menjalankan explorer service untuk membuat Windows anda kembali normal.

Pertama anda perlu membuka Task Manager dengan cara menekan Ctrl + Alt + Del dan pilih Task Manager.

Setelah halaman Task Manager terbuka, klik File - Run New Task. Langkah ini sebenarnya untuk menjalankan Run, karena saat explorer service tidak berjalan, anda tidak akan bisa menjalankan Run menggunakan Win + R atau mengakses Start Menu untuk mencarinya.

Task Manager Window
Pada texfield Open, ketikkan 'explorer' tanda tanda petik. Kemudian klik OK. Langkah ini bertujuan untuk menjalankan kembali explorer service yang tadinya berhenti.

Run Window
Dengan begini Taskbar anda akan muncul kembali dan Windows anda berjalan Normal.

Taskbar Returns
Cara ini sebenarnya juga dapat digunakan pada Windows 7 dan Windows 8. Penyebab masalah ini bias bervariasi. Kebetulan saya mengalaminya ketika tidak sengaja menutup browser dengan paksa. Tapi selama masih bisa mengakses Task Manager anda tidak perlu sampai merestart komputer anda untuk menyelesaikan masalah ini.